Selamat Datang di Blog Pagaruyungtour...... Kami mengajak anda Menikmati Paket Wisata menusuri Sejarah, Budaya dan Keindahan Alam Minang Kabau....Pilih Paketnya sekarang juga!.....Get the unforgetable journey! Join us now!...Contact : +62 812 6618 717, +6285669056158 atau Email: pagaruyungtour@gmail.com

Selasa, 25 Oktober 2011

Menikmati Sunset di Bukit Shaduali Indah









            Secara geografis Nagari Rambatan termasuk dalam kecamatan Rambatan, jaraknya sekitar 7 km dari pusat Kota Batusangkar. Nagari itu mempunyai potensi wisata yang kini sedang dikembangkan dengan nama Bukit Shaduali, yang panoramanya mampu melihat ke seluruh Kota Batusangkar.
           Selama ini Bukit Shaduali sudah dikenal masyarakat Rambatan, namun belum muncul keinginan untuk mengembangkannya sebagai objek wisata. Kawasan yang berada diketinggian itu selama ini hanya dijadikan ajang berburu babi bagi anggota Porbi setempat maupun Sumbar.
          Baru setelah mantan Wakil Bupati Tanah Datar Aulizul Syuib memunculkan gagasan untuk menjadikan kawasan itu sebagai objek wisata yang punya potensi lebih. Setelah melalui berbagai kajian dan juga masukan sejumlah pihak, maka niat Aulizul Syuib ingin menjadikan areal Bukit Shaduali sebagai tempat wisata baru Tanah Datar mendapat respon positif berbagai pihak tak terkecuali Wali Nagari setempat kala itu.
        Gagasan mantan Wabup ini untuk menjadikan kawasan Bukit Shaduali sebagai tempat wisata itu muncul saat beliau meninjau kebunnya yang ada di dekat Bukit tersebut. Kemudian niat itu disampaikan kepada kami. Setelah ditimbang—timbang, nyatanya ide itu masuk akal. Lalu kami menyatakn setuju kawasan bukit itu dikembangkan, ungkap Wali Nagari Rambatan, A Majo Lelo kepada Padang Ekspress kemarin.
          Gagasan mantan Wabup itu juga direspons oleh Bupati Shadiq Pasadigoe, buktinya Bupati merasa optimis kawasan itu bakal menjadi ikon pariwisata Tanah Datar yang baru. Keseriusan Shadiq tidak sampai disitu saja, malah Bupati ingin membuat master plan  pembangunan kawasan wisata tersebut. Selain itu, juga direncanakan pembangunan seperti jalan dan lainnya menuju  objek wisata tersebut. Kemudian juga akan dibangun restoran, tower penginapan dan arena pertunjukan , toilet, mushola dan lainnya.
           Secara keseluruhan, luas areal Bukit Shaduali yang akan disulap menjadi kawasan wisata cukup luas. Tidak itu saja, seluas 93 hektar tanah masyarakat di dua jorong disekitar lokasi juga dikembangkan untuk pengembangan objek wisata Bukit Shaduali tersebut.
          “Anda jangan heran jika hari cerah, pesona Bukti Shaduali makin terpancar. Bahkan dihari libur atau minggu pagi, cukup banyak pengunjung yang datang sekedar melepas penat”, imbuh A Majo Lelo lagi.
            Pada 2010 lalu, di Bukit Shaduali pernah dilakukan beberapa kegiatan diantaranya Lomba Kaligrafi oleh Pesantren Al Hira/ pramuka islami, shooting sunset oleh PWRI pusat, hiking pramuka, penanaman 1.000 pohon oleh Mneteri Perkebunan dan Gubernur Sumatera Barat yang waktu itu dijabat oleh Gamawan Fauzi, termasuk pembacaan puisi oleh Taufik Ismail dan sejumlah Budayawan Sumbar. Malah yang teranyar bahwa kawasan Bukit Shaduali dijadikan bagian dari lokasi Jambore Budaya Indonesia  dan Malaysia. Termasuk daerah lintasan dua etape Tour De Singkarak Juni lalu.
          A Majo Lelo mengklaim, keindahan Bukit Shaduali akan lebih terlihat menjelang Magrib masuk. Di tempat itu pengunjung disuguhi View yang menakjubkan dengan munculnya kerlap—kerlip dari tiap rumah warga kota Batusangkar (Mustafa Akmal).


Sejarah Vander Capellen










Benteng Van der Capellen merupakan salah satu peninggalan benda cagar budaya di Batusangkar Kabupaten Tanah Datar. Situs dan bangunan benteng tersebut memiliki perjalanan sejarah yang panjang. Keberadaan Benteng Van der Capellen tidak terlepas dari peristiwa peperangan antara Kaum Adat melawan Kaum Agama yang terjadi sekitar tahun 1821. Hal ini terjadi karena adanya pertentangan Kaum Agama yang dipelopori oleh tiga orang Haji yang baru kembali dari Mekah dan ingin melakukan pemurnian ajaran agama Islam.
Waktu itu masyarakat Minangkabau telah banyak melakukan praktek budaya sehari-hari yang bertentangan dengan ajaran agama Islam, misalnya adu ayam, berjudi, minum minuman keras dan sebagainnya. Namun gerakan pemurnian ajaran agama Islam ini tidak berjalan mulus dan memperoleh tantangan dari Kaum Adat. Dalam kondisi demikian, pertentangan antara Kaum Adat dan Kaum Agama semakin meruncing dan konflik terbuka antara keduanya tidak dapat dihindarkan lagi.
Konflik terbuka berupa peperangan fisik antara Kaum Adat dan Kaum Agama membuat Kaum Adat meminta bantuan Belanda yang pada waktu itu sudah berkedudukan di Padang. Pasukan Belanda dibawah pimpinan Kolonel Raff masuk ke Tanah Datar untuk melakukan penyarangan kepada rakyat.
Sesampai di Batusangkar, pasaukan Belanda dipusatkan di suatu tempat yang paling tinggi di pusat kota, lebih kurang 500 meter dari pusat kota. Pada tempat ketinggian inilah pasukan Belanda kemudian membangun sebuah benteng yang permanen. Bangunan benteng pertahanan yang dibangun pada tahun 1824 ini berupa bangunan yang memiliki ketebalan dinding 75 cm dan ± 4 meter dari dinding bangunan dibuat parit dan tanggul pertahanan yang melingkar mengelilingi bangunan. Bangunan inilah yang kemudian diberi nama Benteng Van der Capellen, seseuai dengan nama Gubernur Jendral Belanda pada waktu itu.
Dengan adanya benteng pertahanan yang permanen dan strategis, maka secara militer dan politis memudahkan Belanda untuk menguasai wilayah sekitar Batusangkar. Hal ini menandakan beratnya perjuangan  kolonial  Belanda di Tanah Datar sehingga harus membuat benteng. Kesempatan demikian akhirnya bukan hanya bertujuan untuk memadamkan gerakan Kaum Agama, tetapi sekaligus untuk menguasai secara politis kawasan Tanah Datar dan sekitarnya. Konflik ini akhirnya berkembang menjadi Operasi Militer Belanda. Kenyataan demikian menyadarkan Kaum adat yang semula mengizinkan Belanda untuk masuk ke Tanah Datar.
Keberadaan Belanda di Batusangkar sampai saat meletusnya Perang     Dunia II. Pada saat Jepang berhasil merebut Sumatera Barat kemudian Belanda meniggalkan Batusangkar. Benteng Van der Capellen kemudian dikuasai oleh Badan Keamana Rakyat (BKR) dari tahun 1943-1945. Setelah Indonesia berhasil merebut kemerdekaan dari penjajahan Jepang, Benteng Van der Capellen kemudian dikuasai oleh Tentara Keamanan Rakyat (TKR) sampai tahun 1947. Pada waktu Agresi Belanda II, Benteng Van der Capellen kembali dikuasai Belanda selama dua tahun, yaitu tahun 1948-1950.
Setelah Belanda meninggalkan Batusangkar, Benteng Van der Capellen kemudian dimanfaatkan oleh PTPG yang merupakan cikal bakal IKIP Padang (sekarang Universitas Negeri Padang) untuk proses belajar mengajar yang saat itu diresmikan olah Prof. M. Yamin, SH. Pemakaian bangunan benteng untuk PTPG berlangsung sampai tahun 1955 dan pada tahun itu juga PTPG dipindahkan ke Bukit Gombak.
Benteng Van der Capellen kemudian dijadikan sebagai markas Angkatan Perang Republik Indonesia.
Pada saat meletus peristiwa PRRI tahun 1957, Benteng Van der Capellen dikuasai oleh Batalyon 439 Diponegoro yang kemudian diserahkan kepada POLRI  pada tanggal pada tanggal 25 Mei 1960. Oleh POLRI kemudian ditetapakan sebagai Markas Komando Resort Kepolisian (Polres) Tanah Datar dan berlanjut hingga tahun 2000. Sejak tahun 2001, Benteng Van der Capellen dikosongkan karena Polres Tanah Datar telah pindah ke bangunan baru yang berada di Pagaruyung.
Beberapa perubahan bangunan, antara lain atap yang semula berupa atap genteng diganti dengan atap seng pada tahun 1974.
Pada tahun 1984 dilakukan penambahan ruangan untuk serse dan dibangun pula TK Bhayangkari. Parit yang masih ada disebelah kanan dan kiri bangunan benteng ditimbun dan diratakan pada tahun 1986. Selain itu, ruangan sel tahanan yang semula terdiri dari 4 ruangan, dibongkar satu sehingga tinggal menjadi 3 ruangan. Perubahan bangunan terakhir kalinya terjadi pada tahun 1988, yaitu berupa penambahan bangunan kantin dan bangunan untuk gudang.
Pada Tahun 2008 sebahagian dari bangunan Benteng Van der Capellen telah direnovasi oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala kemudian akan dilanjutkan pada tahun anggaran 2009, yaitu mengembalikan ke bentuk aslinya.
   

Tenunan Tradisional Pandai Sikek













Masyarakat Nagari Pandai Sikek Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar, yang mengatakan :   “Gadih  nan indak tahu jo Liang Karok bukanlah gadih Pandai Sikek”  .  Ungkapan yang telah dipopulerkan sejak setengah abad yang lalu itu sebenarnya adalah untuk memotivasi para gadis di Nagari Pandai Sikek agar pandai menenun atau membuat kain tenunan.  Maksudnya semua gadis di situ agar tahu dengan cara menenum dengan berbagai macam motifnya. Akhirnya hampir semua gadis Pandai Sikek bisa menenun dan mempunyai alat tenun di rumah-rumahnya.   Kini tenunan Pandai Sikek yang disebut sebagai tenunan antik itu telah merajah hingga ke mancanegara di Asia terutama ke Malaysia, Singapore serta Brunei.  Bahkan setiap hari Nagari Pandai Sikek senantiasa dikunjungi oleh ratusan orang wisatawan mancanegara dan domestik serta telah dijadikan sebagai rute tetap tour wisata oleh beberapa travel biro.   Kini tenun Pandai Sikek tidak hanya sekedar identitas sebagai upaya mempertahankan budaya, akan tetapi sudah menjadi komoditas ekonomi yang diandalkan.
       Tokoh-tokoh yang mengembangkan tenunan Pandai Sikek dengan berbagai motiv itu sejak tahun 1950-an antara lain adalah : Hj. Jalisah, Nek Ubah, Nek Pasha, Uwo Rayam, Amai Ipah dan lainnya.  Akan tetapi jauh sebelumnya, yaitu mulai tahun 1900-an tenun Pandai Sikek ini telah mulai dikembangkan oleh seorang tokoh yang bernama Ibu Saleha.  Pada waktu itu sudah mulai banyak peminatnya baik dari dalam Nagari Pandai Sikek sendiri maupun dari luarnya.  Kemudian terjadi peristiwa pembumihangusan Nagari Pandai Sikek oleh kolonial Belanda sehingga banyak peralatan tenun yang terbakar.  Barulah pada tahun 1950-an itu Hj.Jalisah dan kawan-kawan kembali menghidupkan kerajinan tenun Pandai Sikek (informasi dari Pusat Inovasi Tenun Pandai Sikek, 2008).
       Hari Jumat, 19 Desember 2008 yang lalu di Hotel Pangeran Padang dalam sebuah acara diumumkan bahwa Nagari Pandai Sikek dinobatkan sebagai  “Nagari Wisata Sumatera Barat Tahun 2008”  dan dianugerahi  “West Sumatera Tourism Award”   menyisihkan beberapa nagari lainnya.  Penilaian dilakukan oleh suatu tim yang independent bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Sumatera Barat.  Begitu independent-nya penilaian maka jadwal penilaian dan tim penilaipun tidak diberitahukan sehingga tidak ada yang dipersiapkan, tidak ada rekayasa.  Berarti penilaiannya adalah sesuai dengan kondisi yang sebenarnya sebagaimana yang terjadi sehari-hari di nagari-nagari tersebut. Kalau melihat kesibukan masyarakat Nagari Pandai Sikek setiap hari yang berhubungan dengan aktifitas kepariwisataannya, maka wajarlah Nagari Pandai Sikek memperoleh penghormatan yang begitu tinggi, yaitu sebagai Nagari Wisata Sumatera Barat Tahun 2008.
       Nagari Pandai Sikek adalah satu dari delapan nagari yang ada di Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar.   Udaranya sejuk cenderung dingin karena berada di kaki gunung Singgalang berada pada ketinggian 700 s/d 1000 meter di atas permukaan laut. 
Nagari Pandai Sikek sebagian orang menganggab masuk wilayah Kota Padang Panjang, dan ada pula yang mengatakan masuk Kabupaten Agam karena memang agak dekat ke daerah tersebut.  Akan tetapi sesungguhnya Nagari Pandai Sikek termasuk dalam wilayah administrative Kabupaten Tanah Datar.  Nagari ini mudah dijangkau karena dekat dengan jalan raya Padang – Bukittinggi, sekitar 80 Km dari Padang dan 10 Km dari Bukittinggi.  Dari jalan raya itu masuk ke dalam sekitar tiga kilometer.
Pemandangan alam Nagari Pandai Sikek sangatlah menakjubkan karena di hadapannya juga menjulang tinggi gunung Merapi, sementara di belakangnya menjaga gunung Singgalang.  Mungkin karena pemandangan alamnya yang indah itulah yang menimbulkan inspirasi jiwa seni kepada masyarakatnya.  Orang Pandai Sikek tidak hanya pandai membuat tenunan antik, tapi tangan-tangannya juga piawai mengukir dan membuat berbagai bentuk kerajinan (souvenir) lainnya.  Mungkin tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa pengrajin di Pandai Sikek hampir menyamai pengrajin di Pulau Bali.  Banyak macam souvenir yang dihasilkan oleh Pandai Sikek dan menjadi buah tangan bagi  wisatawan yang berkunjung ke Sumatera Barat.   Pada dasarnya motiv tenunan Pandai Sikek berasal dari alam dengan filosofinya alam takambang jadi guru, berbentuk : kaluak paku, pucuak rabuang, balah kacang, tampuak manggih, aka cino, bijo bayam, ilalang rabah, saik galamai, sajamba makan dan lain sebagainya.
Kemudian produksi lainnya dari Nagari Pandai Sikek adalah hasil pertanian berupa sayur-sayuran organik yang juga banyak diminati masyarakat Sumatera Barat.  Sebagian dipasok ke Riau dan juga ada yang telah diekspor ke Singapore dan Malaysia.   
       Dalam perjalanannya ternyata kerajinan tenun Pandai Sikek juga menghadapi cukup banyak kendala, seperti sulitnya mendapatkan benang tenun, masih kurangnya inovasi, terbatasnya modal, sempitnya pemasaran dan masih relative rendahnya dampak ekonomi untuk pengrajin.  Di samping itu tengkulak juga bermain dalam pemasaran hasil karya seni masyarakat ini.  Hal tersebut menjadi perhatian bagi Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) Pusat yang dipimpin oleh Ibu Mufida Jusuf Kalla.  Akhirnya isteri Wakil Presiden RI yang asli Lintau Buo itu memprakarsai membangun sekolah tenun di Pandai Sikek.  Maksudnya adalah untuk membantu pengembangan, peralatan, permodalan, tenaga ahli dan pemasarannya.
Pada hari Kamis tanggal 5 Juni 2008, Ibu Mufidah Jusuf Kalla meresmikan Pusat Inovasi Pengembangan Tenun Pandai Sikek tersebut. Diharapkan tenunan Pandai Sikek akan semakin berkembang dan dapat meningkatkan perekonomian masyarakatnya.
Selagi masyarakat Pandai Sikek masih terus memainkan jemarinya menenun dan mengukir, maka wisatawan akan terus berkunjung ke sana.  Mereka beramai-ramai menyaksikan kepiawaian orang Pandai Sikek merajut benang menjadi sehelai kain bercorak bagus dan bernilai tinggi. Selamat kepada masyarakat dan Pemerintah Nagari Pandai Sikek yang telah dinobatkan sebagai Nagari Wisata Sumatera Barat Tahun  (Bsk, Alljam).





Sabtu, 02 April 2011

Istano Basa Pagaruyung

 Istano Basa Pagaruyung   Terletak di Nagari  Pagaruyung, Kecamatan Tanjung Emas Kabupaten Tanah Datar yang berjarak 5 kilometer dari Kota Batusangkar.

Objek wisata ini mudah dijangkau oleh sarana transportasi baik roda 2 maupun roda 4 serta kendaraan tradisional Bendi yang ada di kota Batusangkar. Berikut adalah beberapa jalur menuju Istano Basa Pagaruyung serta jaraknya:
  1. Kota Padang via Kubu Kerambil = 105 km
  2. Dari Bukittinggi via Pintu Gerbang Simpang Baso = 35 km
  3. Melalui Pintu Gerbang Simpang Piladang berbatasan dengan wilayah Kabupaten 50 kota berjarak 45 km

Istano Basa Pagaruyung adalah nama tempat tinggal keluarga kerajaan Minangkabau yang sekaligus menjadi Pusat Kerajaan Minangkabau pada masanya. Konstruksi bangunannya berbeda dengan rumah tempat tinggal rakyat biasa.

Dimasa kerajaan Minangkabau Istana Basa Pagaruyung memainkan peran ganda; sebagai rumah tempat tinggal keluarga kerajaan dan sebagai Pusat Pemerintahan Kerajaan Minangkabau yang dipimpin oleh seorang raja yang dikenal dengan “RAJO ALAM” atau “RAJA DIRAJA KERAJAAN MINANGKABAU”

Kepemimpinan Rajo Alam dikenal dengan “Tali Tigo Sapilin” dan Pemerintahannya dikenal dengan “ Tungku Tigo Sajarangan”.

“ Istano Basa” berarti istana yang besar atau agung. Istana Raja Alam ini terus menggali beberapa modifikasi dimana istana yang pertama berada di Puncak Bukit Batu Patah (Bukit yang berada dibelakang bangunan istana yang sekarang) kemudian pindah ke Ranah Tanjung Bungo Pagaruyung dan terakhir di Gudam.

Istano Basa Pagaruyung yang ada sekarang merupakan duplikat dari Istano yang dibakar oleh Belanda pada tahun 1804. Istano basa Pagaruyung dibangun kembali pada tahun 1976 atas pemikiran pemerintah dalam rangka melestarikan nilai – nilai adat, seni dan budaya serta sejarah Minangkabau.

Istano Basa yang merupakan Objek Wisata Primadona di Kabupaten Tanah Datar khususnya, Sumatera Barat pada umumnya terdiri dari 3 (tiga) lantai, 72 tonggak serta 11 gonjong. Arsitektur bangunan ini memperlihatkan ciri khas tersendiri dibandingkan dengan Rumah Gadang lainnya yang terdapat di Minangkabau dimana bentuk fisiknya dilengkapi ukiran falsafah dan budaya Minangkabau. Selain itu, Istano Basa juga dilengkapi dengan Surau, tabuah larangan. Rangkiang Patah Sambilan, Tanjung Mamutuih dan Pincuran Tujuh.



Pada prinsipnya, Istano Basa Pagaruyung mempunyai 2 (dua) unsur yaitu:
  1. Unsur Utama
  2. Unsur Penunjang

  1. Unsur Utama Istano Basa Pagaruyung
  1. Batu Tapakan
Batu Tapakan terletak dibawah jenjang dan berfungsi sebagai tempat mencuci kaki sebelum naik keatas rumah (Istana). Disini juga disediakan sebuah “Guci” yaitu tempat air dan dilengkapi dengan gayung air (cibuak)

  1. Singasana (Pelaminan Bundo Kanduang)
Terletak di lantai satu sejajar dengan pintu masuk. Disini terpajang photo Raja Pagaruyung terakhir yaitu Sultan Alam Bagagarsyah. Singasana ini dilingkari dengan tirai yang terjuntai disisi kanan, kiri dan depan. Disinilan Bundo Kanduang duduk sambil melihat – lihat siapa yang datang atau yang belum datang apabila ada rapat dan mengatur
segala sesuatu diatas rumah.



  1. Bilik (Kamar)
Bilik – bilik ini dihuni oleh putri – putri raja yang sudah menikah (berkeluarga). Bilik pertama atau yang paling kanan dihuni oleh putri raja yang sudah menikah dan seterusnya dihuni oleh adik – adik yang sudah menikah pula.

Istana Basa Pagaruyung mempunyai 9 ruang; satu ruangan digunakan sebagai tempat jalan kedapur yang disebut dengan ” Selasar”. Bilik pertama kita mulai dari kanan waktu anda masuk ke rumah (Istano). Sebelah kanan tersebut juga merupakan ” Pangkal Rumah” dan bilik terakhir yang berda disebelah kiri disebut juga ”Ujung Rumah”

  1. Anjunag Rajo Babandiang
Anjuang Rajo Babandiang berada dibagian kanan atau pangkal rumah (Istano) dan mempunyai 3 langgam (tingkat) yang berfungsi sebagai tempat sidang pada langgam pertama, tempat beristirahat pada langgam kedua dan tempat tidur raja pada langgam ketiga.

  1. Anjuang Perak
Anjuang Perak berada disebelah kiri atau ujung istana yang berfungsi sebagai tempat Bundo kanduang (Ibu Suri) mengadakan rapat yang bersifat kewanitaan pada langgam pertama, sebagai tempat beristirahat pada langgam kedua dan tempat tidur Ibu Suri pada langgam ketiga.

  1. Bandua Tangah
Bandua ini berada di depan bilik (kamar) Bandua yaitu bagian yang ditinggikan dari lantai yang berfungsi sebagai tempat keluarga/ kerabat dari pihak putri raja yang mendiami masing – masing bilik (kamar).

  1. Bandua Tapi
Berada  di depan dari Bandua Tangah yang berfungsi sebagai tempat Cerdik Pandai dan Alim Ulama dalam rapat – rapat. Posisi duduk Ninik Mamak, Cerdik Pandai dan Alim Ulama membelakangi bilik (kamar).


  1. Tango
” Tango” sebutan lainnya dalah umbul –umbul yang bermacam warna yang terpajang pada sebuah peti bunian. Tango berfungsi sebagai tanda mata pelengkap atau cendera mata Raja kepada tamunya. Kalau dari unsur Ninik Mamak, Raja akan memberikan Tango yang berwarna hitam, dari unsur Alim Ulama akan mendapatkan warna Putih, dari unsur laskar akan mendapat warna kuning emas, dari raja kecil akan mendapat warna kuning muda, sedangkan dari unsur pejabat/ Sekretaris/ Pegawai  akan mendapat warna ungu.
Sedangkan Peti Bunian tersebut digunakan sebagai tempat senjata atau atribut para tamu.

  1. Anjuang Paranginan
Anjuang ini berada di lantai dua yang berfungsi sebagai tempat Putri Raja yang belum menikah (gadis pingitan) dan perlengkapannya.

  1. Mahligai
Mahligai berada di lantai tiga yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan alat – alat kebesaran Raja seperti Mahkota Kerajaan yang dahulunya disimpan dalam sebuah peti khusus yang dinamakan Aluang Bunian. Apabila ada acara tertentu alat – alat kebesaran tersebut dikeluarkan dari tempatnya (Aluang Bunian)

  1. Tanjuang mamutuih
Di lokasi ini terdapat sebuah pohon beringin yang dilingkari oleh batuan yang tersusun rapi. Lokasi ini berfungsi sebagaitempat bermain – main anak raja seperti main layang – layang.

  1. Pincuran Tujuh
Letaknya di belakang dapur yang merupakan tempat pemandian keluarga raja. Tapian tampek mandi atau pemandian ini mempunyai tujuh buah pincuran yang tebuat dari batang sampir dan dilengkapi dengan jamban tradisional
 
  1. Unsur Penunjang Istano Basa Pagaruyung
  1. Dapur
Dapur mempunyai dua ruangan. Ruangan sebelah kanan berfungsi sebagai tempat memasak dengan perkakas atau alat – alat dapur yang serba tradisional. Ruangan sebelah kiri berfungsi sebagai tempat para dayang yangberjumlah dua belas orang.

  1. Surau
Surau terletak dibelakang Istano yang berfungsi sebagai tempat shalat, belajar mengaji (membaca Alqura’n) dan tempat tidur putra raja yang telah akil baliqh atau telah berumur 7 tahun keatas. Disamping mengaji, disinilah mereka dididik tentang Undang – Undang Adat, hukum  syarak, sejarah, seni budaya dan bela diri.

  1. Rangkiang Patah Sembilan
Berda di pekarangan Istano yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan padi. Selain itu fungsi rangkiang di Sitanao adalah sebagai simbol kemakmuran dan kekuatan Alam Minangkabau

  1. Tabuah Larangan
Ada dua buah Tabuah Larangan di Istano. Tabuah pertama bernama Gaga Di Bumi yang dibunyikan apabila terdapat peristiwa yang besar seperti bencana alam, kebakaran, tanah longsor dsb. Tabuah kedua bernama Mambang Diawan yang dibunyikan untuk memanggil Basa Nan Ampek Balai ( Dewan Empat Menteri) yaitu Tuan Titah di Sungai Tarab, Tuan Kadi di Padang Ganting, Tuan Indomo di Saruaso, Tuan Mankudun di Sumanik, Tuan gadang di Batipuh serta Tigo Selo (Raja Alam, Raja Adat, Raja Ibadat) untuk mengadakan rapat.

  1. Taman Istano Basa
Taman Istano Basa mewakili dan melambangkan semua potensi dan fasilitas daerah dimana Minangkabau berada agar tampil blebih terkenal, lebih dihormati, lebih dikagumi, lebih cemerlang, lebih produktif, lebih potensial, lebih berarti dan lebih berdaya guna dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara karena potensi dan fasilitas memperindah Minangkabau dalam arti yang luas.




Kamis, 24 Maret 2011

Paket Wisata

        PAKET WISATA 1 HARI DI TANAH DATAR (One day Trip)

Perjalanan dimulai dengan mengunjungi Pusat Informasi Wisata dan Pra musem Sejarah Vander Capellen, dilanjutkan ke Prasasti Aditiawarman - Ustano Rajo Istano Basa Pagaruyung - Batu Basurek - Batu Batikam - Balairung Sari - Rumah Tuo Kampai Nan Panjang-Nagari Tuo Pariangan-Panorama Tabek Patah - Batu Angkek  –  angkek - Panorama Puncak Pato - Bukik Shaduali

.
Paket 2 hari 1 Malam di tanah datar

Hari Pertama:
Kedatangan Anda akan dijemput di Bandara Internasional Minangkabau dilanjutkan ke Batusangkar melewati Objek Wisata Lembah Anai - Mengunjungi Pusat informasi wisata Tanah Datar di Benteng Vander Capellen - Prasasti Aditiawarman-Istano Basa – Ustano Rajo-Batu – Batikam - Balairung Sari -Rumah Tuo Kampai Nan Panjang - check in Hotel di Batusangkar - dilanjutkan malam hari dengan pergelaran Kesenian Tradisional Daerah

Hari Kedua:
Sarapan pagi dan check out dari Hotel - Mengunjungi Batu Angkek – Angkek - Panorama Puncak Pato - Panorama Tabek Patah - Mengunjungi pusat tenunan tradisional dan ukiran Pandai Sikek-Danau Singkarak-menikmati sunset di Bukik Shaduali


Paket 3 hari 2 Malam di RANAH MINANG


Hari Pertama:
Kedatangan Anda akan dijemput di Bandara Internasional Minangkabau - menuju  Batusangkar melewati Objek Wisata Lembah Anai - check in Hotel di Batusangkar - mengunjungi Pusat informasi wisata Tanah Datar di Benteng Vander Capellen - mengunjungi Prasasti Aditiawarman - Istano Basa Pagaruyuang – Ustano Rajo-Batu Batikam-Nagari Tuo Pariangan - Balairung Sari - Rumah Tuo Kampai Nan Panjang-Menikmati Sunset di Bukik Shaduali. Dilanjutkan malam hari dengan menyaksikan pergelaran Kesenian Tradisional Daerah

Hari Kedua:
Sarapan pagi dan check out dari hotel-Mengunjungi Batu Angkek – Angkek-Panorama Puncak Pato - Panorama Tabek Patah - Mengunjungi pusat tenunan tradisional dan ukiran Pandai Sikek - Danau Singkarak-menuju Bukitinggi (check in hotel)-mengunjungi Lobang Japang - Ngarai Sianok-Pasar atas - Jam gadang

Hari Ketiga:
Sarapan pagi di hotel dan check out dari Hotel - City tour - Tranfer ke Bandara (city tour)


Paket 4 hari 3 Malam di RANAH MINANG


Hari Pertama:
Kedatangan Anda akan dijemput di Bandara Internasional Minangkabau - menuju  Batusangkar melewati Objek Wisata Lembah Anai - check in Hotel di Batusangkar-mengunjungi Pusat Informasi wisata Tanah Datar di Benteng Vander Capellen-mengunjungi Prasasti Aditiawarman - lanjut ke Istano Basa Pagaruyuang - menikmati Sunset di Bukik Shaduali. Dilanjutkan malam hari dengan menyaksikan pergelaran Kesenian Tradisional Daerah

Hari Kedua:
Sarapan pagi dan check out dari hotel - Mengunjungi Batu Angkek – Angkek-Panorama Puncak Pato - Panorama Tabek Patah - Balairung Sari Tabek - Rumah Tuo Kampai Nan Panjang-Nagari Tuo Pariangan - Mengunjungi pusat tenunan tradisional dan ukiran Pandai Sikek-Check in Hotel di Singkarak - Menikmati Sunset di Pinggiran Danau Singkarak

Hari Ketiga:
Sarapan pagi dan check out dari hotel-mengunjungi Ngalau Indah di Payakumbuh - menuju lembah harau dan jenjang Seribu Payakumbuh-Menuju Bukittinggi-Check in Hotel di Bukittinggi - Mengunjungi Ngarai Sianok - Lobang Jepang -Pasar Atas -  Jam Gadang

Hari Ke-empat:
Sarapan Pagi dan check out dari Hotel - City Tour - Tranfer ke Bandara Internasional Minang Kabau



Paket 5 hari 4 Malam di RANAH MINANG

Hari Pertama:
Kedatangan Anda akan dijemput di Bandara Internasional Minangkabau - menuju  Batusangkar melewati Objek Wisata Lembah Anai - check in Hotel di Batusangkar - mengunjungi Pusat Informasi wisata Tanah Datar di Benteng Vander Capellen-mengunjungi Prasasti Aditiawarman - lanjut ke Istano Basa Pagaruyuang - menikmati Sunset di Bukik Shaduali. Dilanjutkan malam hari dengan menyaksikan pergelaran Kesenian Tradisional Daerah

Hari Kedua:
Sarapan pagi dan check out dari hotel - Mengunjungi Batu Angkek – Angkek-Panorama Puncak Pato-Panorama Tabek Patah-Balairung Sari Tabek-Rumah Tuo Kampai Nan Panjang-Nagari Tuo Pariangan-Mengunjungi pusat tenunan tradisional dan ukiran Pandai Sikek-Check in Hotel di Singkarak-Menikmati Sunset di Pinggiran Danau Singkarak


Hari Ketiga:
Sarapan pagi dan check out dari hotel-mengunjungi Ngalau Indah di Payakumbuh-menuju lembah harau dan jenjang Seribu Payakumbuh-Menuju Bukittinggi - Check in Hotel di Bukittinggi - Mengunjungi Ngarai Sianok-Lobang Jepang-Pasar Atas- Jam Gadang

Hari Ke-empat:
Sarapan Pagi di Hotel-Mengunjungi Danau Maninjau melewati Kelok 44-singgah di Embun Pagi untuk menyaksikan keindahan Danau Maninjau dari ketinggian- mengunjungi museum Buya Hamka dan tanah kelahiran Buya Hamka-Sore hari kembali ke Bukittinggi

Hari Kelima:
Sarapan Pagi dan check out dari Hotel-City tour-Tranfer ke Bandara Internasional Minang Kabau

PAKET
JUMLAH PESERTA
ONE DAY TRIP LUHAK NAN TUO
(harga / orang)
AKOMODASI
(harga/ orang)
HOME STAY
HOTEL
One Day Trip
4 - 5
270.000



6 - 15
250.000



16-40
220.000







2 Hari 1 Malam
4 - 5

560.000
630.000

6 - 15

530.000
600.000

16-40

500.000
560.000





3 Hari 2 Malam
4 - 5

860.000
960.000

6 - 15

830.000
900.000

16-40

800.000
860.000





4 Hari 3 Malam
4 - 5

1.160.000
1.260.000

 6 - 15

1.130.000
1.200.000

16-40

1.100.000
900.000





4 Hari 3 Malam
4 - 5

1.460.000
1.560.000

6 - 15

1.430.000
1.500.000

16-40

1.400.000
1.200.000
Harga Sudah termasuk :
·         Transportasi Van/ Bus Pariwisata AC
·         Tranportasi dari/ ke Bandara
·         T-Shirt
·         Makan Selama Tour
·         Akomodasi Hotel/ Home Stay
·         Guide dan Sopir
·         Air Mineral
·         Tiket masuk Objek

Harga belum termasuk :
·         Pengeluaran Pribadi : laundry, telp, minibar
·         Makan diluar program tour


Note:
Harga sewaktu waktu bisa berubah tanpa  pemeritahuan

Untuk informasi selanjutnya silahkan hubungi :
Efrison (HP: 08126618717), Renti (HP: 085669056158)
Emai : pagaruyungtour@gmail.com

Pesona Wisata Tanah Datar

Istano Basa Pagaruyung1.     ISTANO BASA PAGARUYUNG                                
Istano Basa Pagaruyung terletak di Nagari Pagaruyung, Kecamatan Tanjung Emas yang merupakan pusat pemerintahan Kabupaten Tanah Datar, dengan jarak 5 kilometer dari Kota Batusangkar dan mudah dijangkau oleh sarana transportasi roda 2 dan roda 4.  Bangunan ini  terdiri dari 11 gonjong, 72 tonggak dan 3 lantai.  Objek wisata ini dilengkapi dengan surau, tabuah  Rangkiang Patah Sambilan, serta fisik bangunan Istano Basa Pagaruyung dilengkapi dengan beragam ukiran yang tiap-tiap bentuk dan warna ukiran  mempunyai falsafah, sejarah dan budaya Minangkabau.

2.     NAGARI TUO PARIANGAN
Secara historis Nagari Tuo Pariangan merupakan nagari/daerah asal muasal kehidupan nenek moyang  orang Minagkabau  yang berasal dari Gunung Merapi. Di kawasan Nagari Tuo Pariangan terdapat bukti-bukti sejarah : Kuburan Panjang, Masjid Tuo, Sawah Satampang Baniah, Batu Tigo Luhak, dan bukti sejarah lainnya serta objek wisata Air Panas.
Nagari Tuo Pariangan terletak antara Padang Panjang–Batusangkar, dari Kota Batusangkar + 14 Km.
           
    3.     PANORAMA TABEK PATAH
Panorama Alam yang indah dan sejuk, dikelilingi oleh perbukitan dan  hutan pinus.  Tabek Patah ini berasal dari kata tabek (kolam) yang patah menjadi dua bagian,   sebelah utara dinamakan dengan  “Talago Pakis” dan  sebelah selatan  dinamakan  dengan  “Aia Taganang”.  Objek wisata ini terletak di pinggir jalan raya Bukittinggi/Payakumbuh – Batusangkar, dalam Kecamatan Salimpaung. Jarak dari kota Batusangkar + 19 Km.
 
4.     PANORAMA PUNCAK PATO
Objek wisata ini bukti sejarah terjadinya kesepakatan antara kaum adat dan kaum agama yang dikenal dengan sejarah  “Sumpah Satie Bukik Marapalam”.   Kawasan ini juga merupakan benteng pertahanan  Perang Paderi, dengan cuacanya yang sejuk.    Terletak  + 17 km dari kota Batusangkar di Nagari Batubulek Kecamatan  Lintau Buo .

  5.    BUKIT SHADUALI INDAH

sebuah objek wisata alam berbentuk sebuah bukit yang menyerupai sebuah tower sehingga dapat melihat pemandangan ke seantero Kabupaten Tanah Datar (360 derajat).
BSI berlokasi di Jorong Panti dan Jorong  Pabalutan Nagari Rambatan Kecamatan Rambatan. Hanya dengan waktu 10 menit dari Kota Batusangkar anda telah dapat menginjak kaki di BSI. BSI juga mudah dijangkau dari berbagai kota di Sumatera Barat, seperti dari Padang Panjang, Bukittinggi, Sijunjung, Sawahlunto, Payakumbuh dan Solok, yaitu antara 35 hingga 45 kilometer.

 6.  LEMBAH ANAI
Objek wisata cagar alam dengan udaranya yang sejuk dan indahnya keadaan alam ditambah derunya air terjun (aia mancua). Objek wisata ini terletak pada hutan lindung di pinggir jalan raya Padang – Bukittinggi /Batusangkar dan sangat mudah dijangkau, jarak dari Kota Batusangkar +  38 Km yang terletak di Nagari Singgalang Kecamatan X Koto.


    BATU ANGKEK-ANGKEK
Berawal dari mimpi Dt.Bandaro Kayo salah seorang kepala kaum dari suku Piliang, ia didatangi oleh Syech Ahmad dan disuruh untuk mendirikan sebuah perkampungan  yang sekarang di kenal dengan nama  “Kampung Palagan”.   Pada saat pembangunan tonggak pertama terjadi gempa lokal dan hujan panas selama 14 hari 14 malam.  Karena terjadinya peristiwa tersebut diadakanlah musyarawah dan saat musyawarah berlangsung terdengar suara gaib yang berasal dari lobang pemancangan bangunan  bahwa di lokasi tersebut terdapat sebuah batu yang harus dirawat  dengan baik. Sekarang batu ini dikenal dengan batu  “Angkek – angkek”,   untuk mengetahui dapat/tidak tercapainya niat seseorang dapat dilihat dengan ter angkat atau tidaknya batu tersebut .
Objek wisata ini terletak di  Nagari Tanjung Kecamatan Sunggayang  + 11 km dari kotaBatusangkar

  7.     RUMAH ADAT KAMPAI NAN PANJANG
Bangunan ini merupakan rumah hunian yang berasitektur khas Minangkabau yang terdiri dari enam  buah biliak  (kamar) dengan bentuk pintu oval dengan ukuran kecil.  Rumah ini telah berumur + 350 tahun, dan keunikan lain bangunan ini di buat tanpa menggunakan paku besi, terletak  +  13 km  dari kota Batusangkar, di Nagari Balimbing Kecamatan Rambatan

8.     BALAIRUNG SARI TABEK
Balairungsari Tabek bangunannya terbuat dari kayu dan atap ijuk yang dibangun oleh arsitektur Minangkabau Datuak Tantejo Gurhano sebagai tempat musyawarah adat dan sebagai bukti sejarah yang telah berumur 450 tahun.  Disamping Balairung Sari terdapat juga Medan Nan Bapaneh (tempat bersenda gurau masa dulunya)  dan bukti sejarah lainnya .
Objek wisata ini terletak antara Padang Panjang–Batusangkar,  dari Batusangkar + 14 Km di Nagari Tabek Kecamatan Pariangan

     9.     BATU BATIKAM
Batu Batikam merupakan situs Medan Nan Bapaneh yang berfungsi sebagai tempat musyawarah pada masa lampau.   Pada bagian tengah Medan Nan Bapaneh terdapat Batu Batikam (Batu Berlobang)  dari batu andesit.
Konon batu ini berlubang karena ditikam oleh Datuak Parpatih Nan Sabatang sebagai tanda berakhirnya perselisihan dengan Datuak Katamanggungan menyangkut dengan pemakaian adat antara Koto Piliang dengan Bodi Chaniago
Objek wisata ini terletak di pinggir Jl.Raya Padang Panjang–Batusangkar jarak dari Kota Batusangkar + 5 Km, dalam Nagari Limo Kaum

10.  PRASASTI ADITYAWARMAN
Situs ini merupakan tempat dikumpulkanya prasasti – prasasti yang dikeluarkan Adityawarman yang dahulu ditemukan di sekitar Bukit Gombak.  Kumpulan prasasti tersebut ditulis dengan huruf Jawa Kuno dan Bahasa Sanskerta serta sedikit Bahasa Melayu Kuno.
Isi Prasasti tersebut berupa puji–pujian terhadap Raja Adityawarman.   Terletak +  4 km dari kota Batusangkar dan berada di pinggir jalan raya Batusangkar–Pagaruyung, dalam Nagari Pagaruyung Kecamatan tanjung Emas

  11. KUBURAN PANJANG DATUAK TANTEJO GURHANO
Kuburan ini merupakan makam Datuak Tantejo Gurhano yang  merupakan tokoh arsitek pembuatan Balairungsari – Tabek.   Kuburan ini sangat panjang  + 25,5  yang keunikannya  jika di ukur berkali – kali ukurannya berbeda- beda hingga di kenal dengan  “ Kuburan Panjang “.   Terletak   + 14 km dari kota Batusangkar di Nagari Pariangan Kec.Pariangan

    12.   GEDUNG INDO JOLITO
Sebuah bangunan peninggalan Belanda yang dulunya didiami oleh Van der Cappelen.  Sekarang merupakan tempat dilaksanakannya acara-acara pemerintahan dan kemasyarakatan yang terletak di tengah-tengah Kota Batusangkar.

13.   BENTENG VAN DER CAPELLEN
Terletak dalam Kota Batusangkar yang dibangun pada tahun 1824  semasa Perang Paderi.  Di depannya terdapat 2 buah meriam kuno peninggalan Belanda.

       14. ISTANO SILINDUANG BULAN
Istano Silinduang Bulan merupakan pengganti Istana Raja Pagaruyung  terakhir yang terbakar pada tahun 1950-an.  Terletak di antara Batusangkar dan Pagaruyung,  yaitu sekitar 1 km dari Istano Basa Pagaruyung.

15. OLAH RAGA PARALAYANG DI PAYORAPUIH
Salah satu lokasi kegiatan wisata dirgantara yang cukup baik yang telah dilaksanakan  oleh penerjun – penerjun nasional dan international,  kerena satu–satunya memiliki angin timur.  Keindahan alam yang menakjubkan dengan hampran danau yang dikelilingi  oleh bukit  yang indah.
Berada di nagari Batipuah Baruah Kecamatan Batipuah, sekitar 32 Km dari Kota Batusangkar.


    16.  USTANO RAJO
Adalah komplek makam Raja-Raja Pagaruyung. Terletak 4 kilometer dari Batusangkar.  Selain terdapat 13 buah makam/kuburan dan tiga batang pohon beringin, juga terdapat   “Batu Kasur” , yaitu batu tempat ujian calon-calon Raja Pagaruyung. Terletak antara Batusangkar dan Pagaruyung, yaitu sekitar 3 km dari Kota Batusangkar.


17.   INDUSTRI KERAJINAN PANDAI SIKEK
Pandai Sikek terkenal dengan keindahan alamnya dan desa ini terkenal sebagai penghasil souvenir dan Cenderamata yang dikenal dengan   “Tenunan dan Ukiran Pandai Sikek “  .
Berada  Nagari Pandai Sikek  Kecamatan  X Koto, sekitar 40 Km dari Kota Batusangkar.
Pandai Sikek Village

18. TANJUNG MUTIARA
Tanjung Mutiara merupakan objek wisata bahari (Danau Singkarak) dan satu-satunya di Kabupaten Tanah Datar.  Objek wisata ini ramai dikunjugi oleh para wisatawan terutama pada hari libur dan ketika musim  “balimau”   akan memasuki bulan suci Ramadhan.
Dekat lokasi ini terdapat sarana akomodasi hotel berbintang satu yakni Singkarak Sumpur Hotel. Objek wisata ini terletak antara Solok–Padang Panjang.   Jarak dari Batusangkar +  30 km, berada di Nagari Batu Taba Kecamatan Batipuh Selatan

 19.  PASAR SAYUR DAN BUAH ORGANIK
Adalah sebuah pasar sayur dan buah organik yang menjual sayur-sayuran dan buah-buahan segar yang siap dipetik dari kebun.  Uniknya sayur dan buah tersebut tidak menggunakan pupuk dari bahan kimia,  tetapi dari bahan alami (organik)  sehingga lebih terjamin kebersihan dan kesehatannya.


20.        ATRAKSI WISATA DAN KESENIAN TRADISIONAL
            TOURIST ATTRACTION & TRADITIONAL ARTS

·        PACU JAWI
Adalah permainan anak nagari  di Tanah Datar yang dilaksanakan pada setiap selesai panen dan pada waktu akan menanam padi.  Pacu Jawi di Tanah Datar spesifik karena diadakan di dalam sawah dan penunggangnya ikut berlari bersama jawi-nya.  Pacu Jawi dilaksanakan di Kecamatan Pariangan, Rambatan, Lima Kaum dan Sungai Tarab.

    
    DABUIH DAN LUKAH GILO
Merupakan permainan anak nagari yang memperagakan dan menggunakan ilmu  kebatinan , dimana para penari sanggup menari-nari dengan mengunakan senjata tajam, api, kaca dan sebagainya yang diiringi bunyi talempong.

·        ALU KATENTONG
Atraksi ini menampilkan permainan alu (alat menumbuk padi) yang dipukulkan ke lesung dengan variasi pukulan ritmis sehingga menimbulkan irama yang teratur dan indah, permainan ini menggunakan 8 buah alu yang dimainkan oleh 8 orang wanita.



21.   MAKANAN TRADISIONAL
·        LAMANG TAPAI
Lamang Merupakan makanan khas tradisional Kabupaten Tanah Datar yang terbuat dari  ketan putih yang  dibakar dan disajikan lengkap dengan tapainya yang terbuat dari ketan hitam.

SARI KAYO
Sari kayo makanan yang  penyajiannya dicampur  dengan  ketan/lamang


·        DADIAH
Makanan yang berasal dari susu murni kerbau yang disimpan dalam tabung bambu, rasanya khas, enak dan gurih.


·        BIKA
Wisatawan yang berkunjung ke  Kecamatan  X Koto dapat mencicipi makanan teradisional ini  serta dapat langsung melihat sistim pembuatannya yang dipanggang di atas tungku ,  rasanya khas dan enak



Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hosted Desktop